Bahan Penelaahan Alkitab (PA) : Filemon 1:1-21

 

TUJUAN :
1. Jemaat memahami bahwa Allah murka terhadap tingkah laku dan perbuatan jahat.
2. Jemat harus memperbaiki tingkah laku dan perbuatannya dihadapan Allah.

 

PEMBIMBING TEKS :

Surat Filemon adalah surat pribadi yang ditulis Paulus dan merupakan surat terpendek dari semua suratnya. Surat ini berisi keprihatinan Paulus tentang Onesimus seorang budak yang melarikan diri dari rumah Filemon, tuannya. Onesimus berjumpa dengan Paulus saat sedang dipenjara. Melalui perjumpaan, Paulus membimbing Onesimus sehingga mengalami perubahan yang sungguh luar biasa. Keakraban terbangun dan sangat harmonis sehingga Paulus menyebutnya sebagai buah hati (ay.12).


Paulus ingin agar hubungan antara Filemon dengan Onesimus terjalin kembali sehingga ia bermaksud untuk mengembalikannya. Sesungguhnya Paulus ingin agar Onesimus tetap tinggal bersama dia sehingga ada yang melayaninya dalam penjara disamping karena ia sudah tua, namun motivasi terdalam dari Paulus adalah agar Filemon kembali menerima Onesimus yang telah mengalami perubahan dan tidak lagi dihakimi sebagai seorang budak yang jahat dan pantas dihukum oleh tuannya. Paulus tidak sedang merayu Filemon sehingga ia menyampaikan ucapan terima kasih dan menyapanya sebagai yang terkasih,bahkan juga menyampaikan keadaannya yang sudah tua dan sedang dipenjara, namun yang diharapkannya adalah perubahan sikap Filemon untuk menerima kembali Onesimus atas dasar kasih, yakni “bukan lagi sebagai hamba tetapi sebagai saudara dalam Kristus” (ay. 16). Paulus pun meminta agar Filemon tetap melakukan perbuatan baik dengan sepenuh hati, dan bukan dengan terpaksa (ay. 14). Kalaupun ada kerugian yang ditimbulkan sebagai akibat dari perbuatan Onesimus, Paulus menjamin dan bersedia menanggungnya. Bagi Paulus, keuntungan atau kerugian bukan menjadi titik persoalan antara Filemon dengan Onesimus tetapi yang paling mendasar adalah perubahan tingkah laku dan perbuatan yang membawa kepada kehidupan baru di dalam Kristus.

 

PERTANYAAN-PERTANYAAN DISKUSI :

1. Apa Pelajaran terdalam dari isi surat Paulus ini?  
(Apara tu pangadaran mandalanna tongan lanmai te sura’na Paulus?)

2. Bimbingan Paulus membuat Onesimus mengalami perubahan. Apakah pendampingan Pastoral dalam Jemaat sudah dilakukan dengan maksimal? Percakapkan! 
(Belanna Pa’panundu’na Paulus saelako ma’din membali tu Onesimus, Tontong siamo raka dipa’inaai tongan tu pa’panundu’ lan kombongan? Ta sipa’kadai!?)

 

Sumber : Buku MEMBANGUN JEMAAT 2025
Diterbitkan oleh Badan Pekerja Sinode (BPS) Gereja Toraja.

Bahan Penelaahan Alkitab (PA) : Ibrani 13:1-8, 15-16

 

TUJUAN :
1. Jemaat semakin yakin bahwa fondasi kebahagiaan itu adalah takut akan Tuhan.
2. Jemaat meyakini bahwa kebahagiaan sejati akan kita dapatkan dalam kebangkitan orang-orang benar.

 

PEMBIMBING TEKS :

Bacaan ini adalah nasihat-nasihat praktis yang ditujukan kepada orang Yahudi Kristen. Situasi sulit yang dihadapi dan adanya godaan untuk kembali ke agama lama merupakan tantangan tersendiri di kalangan Yahudi Kristen. Karena itu, ayat 6 mengatakan “Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: “Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” Hal itu sama dengan nyanyian syukur pemazmur dalam Mazmur 118:6 “Tuhan di pihakku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?”.
Kalimat ini hendak menegaskan, supaya mereka tidak takut pada ancaman manusia, karena Tuhan dipihaknya. Sekalipun terror itu ada di sekeliling mereka, tetapi mereka tidak boleh takut. Pada ayat sebelumnya penulis juga menegaskan untuk tidak khawatir, sekalipun mereka hanya hidup dalam kecukupan. Karena itu, tidak perlu diperhamba oleh uang karena Tuhan tidak akan pernah meninggalkan mereka yang taat pada Tuhan. “Aku sekali kali tidak akan membiarkan dan meninggalkan engkau” (ay. 5).
Allah berjanji tidak membiarkan dan meninggalkan mereka yang selalu setia pada-Nya dan tidak menghambakan diri pada yang lain. Kebahagiaan tidak ditentukan oleh uang yang melimpah, tetapi pada ketaatan pada Tuhan. Kitab Ibrani justru mengajak kita untuk taat pada perintah Allah dan tetap setia dalam iman kepada Kristus, bukan menjadikan diri sebagai hamba uang. Karena kebahagiaan yang sesungguhnya adalah ketika kita selalu mempunyai hubungan dengan Tuhan.

 

PERTANYAAN-PERTANYAAN DISKUSI :

1. Bagaimana saudara memahami tentang kasih Allah dalam kesehari-harian saudara. 
(Umba ladikua ussa’dingi tu kamamaseanNa Puang Matua lan katuoanta kealo-keallo?)

2. Perhatikan ayat 13, bagaimana refleksi saudara tentang ayat ini? 
(Pemarangai tu angka 13, Umba takua unnannungangi?)

 

Sumber : Buku MEMBANGUN JEMAAT 2025
Diterbitkan oleh Badan Pekerja Sinode (BPS) Gereja Toraja.

Bahan Penelaahan Alkitab (PA) : Mazmur 103:1-14

 

TUJUAN :
1. Jemaat semakin yakin bahwa Allah bebas untuk menyatakan anugerah kepada siapa Dia berkehendak.
2. Jemaat semakin meyakini bahwa manusia telah dipulihkan dan dibebaskan di dalam Kristus.

 

PEMAHAMAN TEKS :

Mazmur 103 adalah mazmur Daud yang ditulis dari pengalaman kesehariannya. Mazmur ini hendak menyatakan akan kasih, pengampunan, kesetiaan, dan kedaulatan Allah. Allah digambarkan seperti seorang bapa yang mengenal dan memahami kelemahan anaknya. Sebagai seorang bapa, Dia memberikan kasih dan pengampunan yang tidak terbatas. Gambaran bapa dan anak itu, menyatakan sebuah hubungan yang sangat intim. Saking intimnya, pemazmur menyebut bahwa pengampunan-Nya tidak terbatas, seperti tingginya langit dari bumi, dan seperti jauhnya Timur dari Barat. Demikianlah kasih dan pengampunan Allah tidak ada batasnya.

Karena begitu besarnya kasih Allah, sehingga dia tidak memerlakukan kita sesuai dengan dosa-dosa kita dan tidak membalas sesuai dengan kesalahan kita. Allah berdaulat untuk menghukum kita, dan sebaliknya berdaulat untuk membebaskan kita. Karena itu, kita telah disebut sebagai anak, maka kita meyakini bahwa Dia pasti akan selalu membawa pada kebaikan.

 

PERTANYAAN-PERTANYAAN DISKUSI :

1. Bagaimana saudara memahami tentang kasih Allah dalam kesehari-harian saudara. 
(Umba ladikua ussa’dingi tu kamamaseanNa Puang Matua lan katuoanta kealo-keallo?)

2. Perhatikan ayat 13, bagaimana refleksi saudara tentang ayat ini? 
(Pemarangai tu angka 13, Umba takua unnannungangi?)

 

Sumber : Buku MEMBANGUN JEMAAT 2025
Diterbitkan oleh Badan Pekerja Sinode (BPS) Gereja Toraja.

Bahan Penelaahan Alkitab (PA) : Mazmur 82

 

TUJUAN :
1. Jemaat memahami makna kemerdekaan dalam iman Kristen.
2. Jemaat dapat hidup dan terlibat aktif mengisi kemerdekaan.

 

PEMAHAMAN TEKS :

Sejak awal, bangsa Indonesia telah menghayati dan memaknai keterlibatan Allah dan kerinduan untuk mendapatkan kemerdekaan.Karena itulah, UUD 1945 berbunyi, atas berkat rahmat Allah yang Mahakuasa dan dengan didorong oleh keinginan yang luhur, maka bangsa Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Dengan demikian, kemerdekaan Indonesia adalah sebuah peristiwa sosial-politis dan religius. Karena itu pula, kemerdekaan Indonesia mesti dilihat sebagai sebuah peristiwa sakral, anugerah (berkat dan rahmat) berupa pembebasan dari Allah atas bangsa yang terjajah dan tertindas.


Mazmur 82 dapat menjadi sebuah landasan teologis bagi kemerdekaan kita. Perikop ini berisi imajinasi puitis tentang keutamaan Allah Israel dalam sidang ilahi. Keutamaan tersebut tampak dalam kemampuan-Nya untuk menghakimi ilah-ilah lain. Para ilah sesembahan bangsa-bangsa dapat dimanipulasi untuk kepentingan kekuasaan atau penguasa yang menindas, tetapi Allah Israel berpihak kepada orang-orang lemah dan tertindas. la yang akan membebaskan mereka dari cengkeraman kelaliman. Dengan demikian, la menunjukkan kefanaan para pembesar yang lalim beserta ilah-ilah yang mereka sembah (ay. 6).

 

PERTANYAAN-PERTANYAAN DISKUSI :

1. Bacalah kembali ayat 3 dan 4. Diskusikanlah, apakah pesan ini masih relevan dengan situasi bangsa Indonesia hari ini? Berikan penjelasan!
(Basai sule tu angka 3 na 4, sipa’kadai apa pangadaran tu ma’din dipasiumpu’ tu a’gan marassan dadi lan tondok Indonesia totemo?.)

2. Sebagai pengikut Kristus, apa yang menjadi harapan, komitmen, dan tekad kita dalam mengupayakan cita-cita kemerdekan bangsa Indonesia?
(Lako kita to unturu’mo Yesu, apara tu ladipogau’ sia ladipengkullei anna dadi tu dianga’na lan katilendokanna tondok Indonesia?)

 

Sumber : Buku MEMBANGUN JEMAAT 2025
Diterbitkan oleh Badan Pekerja Sinode (BPS) Gereja Toraja.

Bahan Penelaahan Alkitab (PA) : Lukas 12:32-40

 

TUJUAN :
1. Jemaat memahami makna iman yang sejati di hadapan Allah.
2. Jemaat dapat mewujudkan iman kepada Allah dalam hidup.

 

PEMAHAMAN TEKS :

Bacaan ini merupakan rangkaian pengajaran Tuhan Yesus yang diberikan khusus kepada murid-muridNya. Sebagai sebuah komunitas kecil yang sedang ‘naik daun’ (Luk. 12:1), beribu-ribu orang mengerumuni mereka), para murid perlu diarahkan untuk mengenal iman yang sejati. Ayat 32-34 merupakan pengajaran untuk mengutamakan Kerajaan Allah di atas kekayaan (harta). Tuhan Yesus menegaskan kefanaan kekayaan di bumi dan mengarahkan murid-Nya untuk menyadari dan mengumpulkan harta surgawi. Hanya dengan begitu, pengikut Tuhan Yesus dapat menjadikan apa yang mereka miliki sebagai saluran berkat.

Tuhan Yesus menggunakan bahasa perumpamaan yang sangattepat untuk menyatakan pentingnya menjaga iman yang sejati di sepanjang hidup. "Pinggang yang tetap terikat” dan "pelita tetap menyala” (ay. 35) merujuk pada status dan tugas seorang hamba di hadapan tuannya (ay. 36-37). Pakaian di Israel pada waktu itu berbentuk jubah dan diikat pada bagian pinggang ketika sedang bekerja. Hanya pada waktu istirahat ikat pinggang dilepaskan atau dilonggarkan. Dengan demikian, pinggang yang tetap terikat menunjukkan sikap selalu siap bekerja bagi Tuhan. Demikian juga pelita yang terus menyala menunjuk pada hamba Tuhan yang setia menjaga penerangan ruangan sepanjang waktu.

 

PERTANYAAN-PERTANYAAN DISKUSI :

1. Bacalah kembali ayat 40. Apa hubungan antara sikap siap sedia dengan kedatangan Anak Manusia?
(Basai sule tu angka 40, apara siumpu’na tu dikua ma’parandan na kasaeanNa anak rampan dilino ?)

2. Refleksikanlah, dalam konteks masa kini, seperti apa kita menghayati ajaran Tuhan Yesus tentang ‘pinggang yang tetap terikat’dan ‘pelita yang tetap menyala’?
(Ta pasiumpu’i te attu marassan taola, umba susi pa’nannunganta tu pangadaranNa Puang Yesu nakua “Ma'tambeke'komi, sia popa'lulu-lului tu palitammi”?)

 

Sumber : Buku MEMBANGUN JEMAAT 2025
Diterbitkan oleh Badan Pekerja Sinode (BPS) Gereja Toraja.

Image

Gereja Toraja Jemaat Samarinda
Klasis Kalimantan Timur & Tengah
Wilayah V Kalimantan.

Badan Hukum: Keputusan Menteri Agama R.I. No.26 Tahun 1971, dan Keputusan Menteri Dalam Negeri R.I. No.: 61/DJA/1973

Alamat :

Jl. DI Panjaitan No.27 Samarinda
Kalimantan Timur, Indonesia0

Kontak Pelayanan :

(+62) 541 734508

Email :

tatausaha@gtjemaatsamarinda.org

Website :

https://gtjemaatsamarinda.org

Pendeta Jemaat :

Pdt.Joice Limbong (082158239828)
Pdt.Alexzander Bilang (081342517205)

Komisi Pelayanan, Liturgi & Multimedia (PLM) :

Pnt. Hermin Mongan (081347732609)

Staf Administrasi :

Dkn. Zet Borong (081346315152)

Staf Keuangan :

Sdr. Obednego (085250906856)

©Tim Pengelola Website Jemaat Samarinda