RENUNGAN HARIAN TORAYA (REHAT)
Minggu, 05 Maret 2025
BERSAKSI TENTANG KRISTUS DI TENGAH KESULITAN HIDUP
(Umpessa’bian Kristus lan mabanda’na Katuoan)
Kisah Para Rasul 7:30-34
Berada dalam situasi sulit bisa saja membuat seseorang tidak dapat mengatakan apa-apa. Atau juga membuat seseorang memilih diam bahkan menutupi yang sebenarnya demi keselamatannya. Tidak demikian halnya dengan Stefanus yang tengah berada dalam pengadilan Mahkamah Agama. Imannya kepada Tuhan Yesus Kristus disaksikan dengan penuh keberanian. Stefanus mengenang dan menyampaikan secara singkat karya Allah kepada orang Israel di Mesir melalui pengutusan Musa. Masa empat puluh tahun yang disebut dalam ayat 30 merupakan masa penyiapan Musa menjadi utusan Allah. Melalui berbagai pergumulan dan keputusan yang sulit, Musa pada akhirnya dimampukan dalam segala tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya dengan jaminan perkataan Tuhan sendiri: “Akulah Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Ishak dan Yakub” (ayat 32).
Kita belajar bahwa jaminan pengutusan Musa adalah Allah sendiri. Allah yang meneguhkan dan memberi keberanian kepada Musa untuk melakukan tugasnya. Ayat-ayat selanjutnya menjelaskan bahwa Musa pun tertolak oleh bangsanya sendiri ketika tiba di Mesir. Namun kesaksian tentang Allah Abraham, Ishak dan Yakub membuat Musa mampu memimpin mereka keluar dari Mesir. Kita juga belajar dari Stefanus bahwa jaminan kesaksiannya di depan orang-orang Yahudi yang menuduhkan tuduhan palsu adalah Tuhan Yesus Kristus, Allah yang telah berkarya sejak dari masa lalu Israel.
Kita mungkin belum pernah mengalami tuduhan dan tantangan kesaksian iman seperti yang dialami Stefanus. Akan tetapi kita sering mengalami situasi sulit dalam hidup kita yang menuntut keteguhan iman dan kesaksian kita. Misalnya kita ditolak, dikucilkan, situasi ekonomi yang serba sulit, dan lain sebagainya. Belajar dari Musa dan Stefanus, kita harus yakin bahwa jaminan kita adalah Allah. Mengenang dan merupa karya Allah menjadikan kita kuat menghadapi situasi sulit tersebut. Amin.